Jumat, 08 Maret 2013

BAHAGIA DENGAN BERSYUKUR DAN BERFIKIR POSITIF


Kelas              : 3KA07
Kelompok    : 1
                         Deasy Lusiana (11110721)
                         Desi Christin Natalina (11110833)
                         Fransiska Yolanda (12110879)

Widyanti Zuhri
Konselor Sekolah

Kehidupan saat ini terasa teramat keras, padahal generasi saat ini segalanya tersedia dengan lebih mudah. Setiap orang berlomba menjadikan anaknya rangking di kelas, menuntut anaknya les ini-les itu yang mungkin tidak menjadi gambaran jiwanya si anak. Orang berlomba-lomba mengumpulkan materi, uang, harta dan properti. Seolah-olah dengan memiliki semuanya dipastikan akan hidup bahagia. Tidak ada yang menyalahkan, tetapi apakah materi dapat menjamin 100% kebahagiaan? Kita yakin jawabannya tidak. Berapa banyak kehidupan  dengan status ekonomi yang lebih ternyata juga memiliki masalah yang bertumpuk. Disadari atau tidak ternyata orang-orang marginal pun masih selalu tertawa lepas tanpa beban. Lalu apa sebetulnya yang dicari dalam kehidupan ini?.
Gobind Vashdev (37th) seorang pekerja kantoran dengan gaji cukup besar merasa tersiksa dengan rutinitas bekerja. Dia merasa tidak bahagia, sampai akhirya memutuskan untuk jobless yang akhirnya memilih menjadi pekerja sosial yang membuat dia bahagia. Bagi Gobind bahagia adalah dengan memberi kepada orang lain.
Farida Alamsyah (39th) adalah orang penting di sebuah bank swasta di Singapura. Jabatan yang bergengsi dan insentif istimewa, namun tidak membuat dia bahagia karena harus dibayar dengan jam kerja panjang dengan tingkat stress yang sangat tinggi. Sampai akhirnya Farida meninggalkan pekerjaannya dan mengejar kebahagiaan dengan menjadi instruktur yoga. Dan masih banyak lagi kisah-kisah serupa.
Mari kita coba berhenti sejenak dari hingar bingar dunia dan mencoba solitude sambil mencoba mencari jawaban kunci sedang mencari apakah kita hidup ini? Setiap hari kita bekerja lebih dengan harapan dapat memberikan jaminan kehidupan yang lebih baik bagi keluarga dan anak-anak. Mungkin agar dapat menikmati hari tua dengan lebih enjoy. Mungkin ingin memberikan setiap anak kita pendidikan setinggi mungkin, memberikan rumah dan mobil? Bila kita coba untuk mencari akar semua alasan, sebetulnya setiap manusia hanya ingin bahagia. Dan faktanya ternyata tidak selalu mendapatkan kebahagiaan itu. Kenapa ?
Manusia adalah makhluk spiritual. Tuhan menciptakan manusia dengan mencopy diriNya dalam bentuk mini. Mencari kebahagian melalui materi, yakin bisa bahagia asal kehidupan spiritual sebagai original install kita dijalankan dengan baik. Mencari kebahagiaan melalui materi saja ibaratnya  mencari kunci yang hilang diluar rumah dengan alasan lebih terang, padahal kunci hilang atau terselip di dalam rumah.
Apakah ini berarti ada yang salah? Apakah ada yang terlupakan? Apakah ada cara untuk berbahagia ? Bagaimana caranya ?
Pernahkan kita merenung dan mencoba mencari makna dari kata syukur yang hampir setiap saat bersliweran dalam kehidupan kita ? Adakah rahasia dalam syukur ? Dalam Alquran Tuhan telah berjanji jika kamu bersyukur, pasti Aku ( Allah ) akan menambah nikmat kepadamu (QS Ibrahim (14) : 7). Rasa-rasaya dengan bersyukur akan membuat kita semakin kaya, semakin makmur, semakin bahagia.
Benarkah demikian ? Sepertinya kita bersyukur setiap hari, tapi kehidupan terasa biasa saja, tidak ada yang itimewa. Dan bukankah pelajaran syukur hanya milik agama ? Sebuah dogma, keyakinan yang sulit diterjemahkan, sulit dipahami, sulit dipelajari dan sulit dijelaskan secara logika. Jika menurut pepatah we are just what we think maka akan benar-benar menjelma menjadi kesulitan dalam memahami dan mendapat manfaat dari rasa syukur.
Sebuah kekuatan pikiran yang teramat dahsyat, apapun yang kita pikirkan akan mendatangi hidup kita. Menurut Rhonda Byrne dalam bukunya The Secret, di alam semesta terdapat hukum law of attraction. Jadi hati-hati dengan pikiran kita. Kemudian adakah hubungannya antara bahagia, kekuatan pikiran dan syukur ?
Syukur, sebuah kata yang yang berarti terimakasih. Lalu adakah yang istimewa? Syukur lebih dari sekedar ucapan terimakasih kepada Tuhan atas nikmat yang sudah kita peroleh. Syukur lebih dari sekedar menerima apa yang sudah ada. Syukur adalah aksi nyata dengan menggunakan seluruh potensi diri yang sudah diberikan Tuhan kepada kita untuk berbuat banyak hal positif yang membawa manfaat bagi orang banyak dan alam semesta sebagai tanda terimakasih kita kepada Tuhan.
Bersyukur dan berpikir positif adalah ketrampilan yang di ajarkan untuk menjadi sebuah kebiasaan. Ketrampilan ini harus dimiliki oleh setiap orang pada semua umur. Pada anak-anak remaja, gejolak yang dirasakan sangat kompleks biasanya muncul banyak masalah sebagai cara merespon sesuatu yang kurang efektif. Nah, ketrampilan bersyukur dan selalu berpikir bisa di ajarkan kepada remaja agar terampil memilih perasaan bahagia dalam setiap peristiwa keseharian mereka.

Syukur
Akbar Zainudin dalam bukunya Man Jadda Wajada (2010) menjelaskan kata syukur berasal dari bahasa arab syakara yang berarti fataha yaitu membuka diri, membuka hati, membuka pikiran untuk mendapat pencerahan dari berbagai sumber. Rasa syukur harus dimulai dari membuka diri terhadap apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita.
Bersyukur didefinisikan sebagai rasa berterima kasih dan bahagia sebagai respon penerimaan karunia, baik karunia tersebut merupakan keuntungan yang terlihat dari orang lain atau pun momen kedamaian yang ditimbulkan oleh keindahan alamiah (Peterson & Seligman, 2004 dalam Arbiyah, 2008).
Secara singkat, orang yang bersyukur adalah seseorang yang menerima sebuah karunia dan sebuah penghargaan, dan mengenali nilai dari karunia tersebut. Orang yang bersyukur mampu mengidentifikasikan diri mereka sebagai seorang yang sadar dan berterima kasih atas anugerah Tuhan, pemberian orang lain, dan menyediakan waktu untuk mengekspresikan rasa terima kasih mereka (Peterson & Seligman, 2004 dalam Arbiyah, 2008).
Bersyukur bisa diasumsikan sebagai keutamaan yang mengarahkan individu dalam meraih kehidupan yang lebih baik (Peterson & Seligman, 2004 dalam Arbiyah, 2008).
Dalam buku Quantum Ikhlas, Erbe Sentanu menjelaskan syukur sebagai sense of acceptance, langkah pamungkas hati yang kekuatannya sangat dahsyat namun sering diabaikan karena agak sulit ditangkap logika. Bersyukur dengan membayangkan hal yang kita doakan sudah terkabul. Dengan kata lain, kita seolah-olah benar-benar melihat, mendengar, dan merasakan sepenuh hati bahwa doa kita sudah terwujud, karena itu kita bersyukur. Ini seperti kita sudah melunasi pembayaran (syukur) di depan, meskipun pesanan (doa) kita belum kita terima.
Benarkah syukur begitu dahsyat ? Dalam buku Happiness Inside yang ditulis oleh Gobind Vashdev mengutip penelitian Dr. Masaru Emoto bahwa ribuan kata yang “dibaca” dan “didengar” oleh air, kata “cinta” dan “terimakasih” adalah kata yang membentuk kristal yang paling indah dan sempurna. Dan bukankah 70% dari tubuh kita adalah air ? kalau kita bekata “cinta” kepada benda diluar tubuh kita dan benda itu membentuk gaung yang positif, pernbahkan kita berkata “cinta” dan “terimakasih” kepada tubuh kita sendiri?.
Jika ilmu pengetahuan membuktikan dahsyatnya kata cinta dan kata terimakasih, ini sangatlah wajar karena Tuhan memerintahkan kita untuk menjadi Rahmatan Lil Alamin, menjadi penyebar cinta kasih sesuai firman Nya “Kami tidak mengutus engkau, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107). Rahmah berarti kasih sayang atau cinta kasih. Cinta kasih adalah perintah Tuhan yang harus menjadi bagian dari kehidupan, didengung-dengungkan sebagai kata-kata yang membahagiakan, dan diwujudkan dalam setiap tindakan kita sebagai bukti rasa syukur.
Dari Emmons Lab, University of California disebutkan ukuran disposisi syukur sebagai berikut :
  • Tingkat emosi positif lebih tinggi seperti, kepuasan hidup, vitalitas, optimisme dan rendahnya tingkat depresi dan stress. Ucapan terimakasih meningkatkan perasaan menyenangkan dan menurunkan emosi yang tidak menyenangkan.
  • Orang dengan disposisi kuat terhadap rasa syukur memiliki kapasitas untuk menjadi empati dan berdiri pada perspektif orang lain. Mereka dinilai lebih murah hati dan lebih ringan tangan dalam komunitas mereka (Mc.Cullough, Emmons & Tsang, 2002 dalam http:\\www.Psychology.ucdavis.edu/labs/emmos).
  • Mereka yang secara teratur menghadiri acara keagamaan dan terlibat dalam kegiatan keagamaan seperti shalat dan sembahyang lebih tinggi rasa syukurnya. Rasa syukur adalah pengakuan meyakini dan keterikatan seluruh kehidupan dan tanggung jawab kepada manusia lain dan Dzat yang lebih tinggi lagi (McCullough et.al, 2002) syukur tidak memerlukan iman religius tetapi iman meningkatkan kemampuan untuk bersyukur.
  • Orang yang bersyukur menjadi kurang begitu merasa penting terhadap materi, rasa iri rendah dan justru lebih banyak berbagi.
Lebih lanjut penelitian Robert A Emmons, PhD menunjukkan orang-orang yang menuliskan rasa syukurnya setiap hari memberikan efek terhadap penurunan darah dan progress yang positif pada orang dengan canser.
Dalam Sacramento bee dijelaskan bahwa uji klinis menunjukkan praktik syukur dapat memiliki efek dramatis dan abadi dalam kehidupan seseorang. Syukur dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan fungsi kekebalan tubuh**, meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan, memacu tindakan menolong, murah hati dan kerja sama.
**Gobind Vashdev mengutip hasil penelitian seorang psikolog dari harvard, David Mc.Clelland dan Carol Kirshnit tentang hubungan antara empati dan kekebalan tubuh, yaitu terjadinya meningkatan IgA pada saat empati. Penelitian dilakukan pada orang-orang yang menyaksikan film Bunda Theresa dan film-film lain yang mengundang empati.

Implementasi dari rasa syukur yang paling mudah adalah ucapan terimakasih, untuk melatih ketrampilan bersyukur bisa dimulai sejak bangun tidur, sampai menjelang tidur lagi, contoh :
  1. Terimakasih Tuhan, masih diperkenankan untuk membuka mata kembali.
  2. Terimakasih Tuhan, kakiku masih dapat aku gerakkan.
  3. Terimakasih Tuhan atas oksigen gratis yang setiap saat aku hirup.
  4. Terimakasih Tuhan, hari ini tangan dan hatiku masih Engkau gerakkan untuk bersedekah.
  5. Terimakasih, hari ini hujan sehingga bunga2 segar.
  6. Terimakasih hari ini panas, jemuranku bisa kering.
Ucapan terimakasih tidak hanya kepada manusia, dalam sehari kita seharusnya menghujani jiwa dan raga kita dengan ribuan ucapan terimakasih agar mejadi lebih sehat. Coba dihitung dan di ingat-ingat dalam sehari mulai bangun tidur sampai menjelang tidur berapa banyak kalimat menggerutu, gosip, mangkel, marah dan kalimat-kalimat berisi energi negatif lainnya, bandingkan dengan berapa banyak kalimat syukur kita.
Rasa syukur selalu digabungkan dengan emosi positif, dengan kebahagiaan, hubungan sosial yang lebih baik dan berefek membuat lebih sehat. Rasanya akan lebih lengkap jika kami uraikan juga tentang bahagia.

Bahagia
Setiap kita dilahirkan sebagai pemenang. Coba kita tengok kembali pada awal konsepsi, 100 juta sperma berkompetisi membuahi sel telur, dan hanya kita yang menjadi pemenang. Jadi sudah selayaknya setiap manusia merasa bahagia, dan bukankah bumi ini dikuasakan pengelolaannya kepada manusia saja. Manusia diciptakan hanya untuk bahagia.
Asri Mutiara menuliskan: kebahagiaan didefinisikan sebagai keadaan psikologis positif yang ditandai dengan tingginya derajat kepuasan hidup, afek positif, dan rendahnya derajat afek negatif (Carr, 2004). Definisi lain yang serupa juga diungkapkan oleh Diener et al (2003) yang menggunakan istilah kesejahteraan subjektif sebagai sinonim dari kebahagiaan, yaitu:
“subjective well-being emphasizes an individuals own assessment of his or her own life – not the judgment of „„experts‟‟ – and includes satisfaction (both in general and satisfaction with specific domains), pleasant affect, and low negative affect.” (Diener et al. 2003)

Dari definisi tersebut diketahui bahwa kebahagiaan menekankan pada penilaian individu terhadap kehidupannya (bukan penilaian ahli). Selain itu, kebahagiaan juga melibatkan kepuasan (kepuasan secara umum dan kepuasan pada ranah kehidupan yang spesifik), afek yang menyenangkan, dan rendahnya efek negatif.
Sebuah studi yang dilakukan pada individu dengan luka, subyek yang lebih puas dengan kehidupan sembuh lebih cepat. (Kiecolt-Glaser, McGuire, Robles dan Glaser, 2002). Temuan dari penelitian neuroscience juga memberikan dukungan  bahwa kebahagiaan berkaitan dengan kondisi emosional individu.

Berpikir Positif
Menurut Rhonda Byrne dalam bukunya The Secret diungkapkan tentang hukum tarik menarik, yang intinya adalah apapun yang kita pikirkan dan kita rasakan dengan sepenuh penghayatan akan menjadi nyata dalam kehidupan kita.
Hal tersebut dapat dijelaskan dengan teori fisika, pada dasarnya yang ada didunia ini adalah energi. Apapun yang kita pikirkan hanyalah sebuah energi. Menurut Newton “energi tidak dapat di ciptakan juga tidak dapat dimusnahkan, energi hanya berubah bentuk”. Setiap benda memiliki energi.
Hakikatnya setiap benda yang memiliki energi tersebut tersusun dari zat yang paling kecil yang disebut atom atau sel. Pada kenyataannya atom masih terdiri atas unsur yang lain yang diuraikan oleh Albert Einstein, bahwa semua benda tersusun atas energi, jadi struktur terkecil dari setiap benda adalah energi quark. Jadi apapun yang kita pikirkan pada dasarnya hanyalah sebuah energi.
Sebagai contoh, saat berangkat kuliah dalam keadaan tergesa-gesa karena dikejar waktu, tiba-tiba ban sepeda bocor. Reaksi apa yang kita pilih. Apakah kita akan mengumpat, mengerutu dan secala keluhan yang lain. Jika kita memilih untuk merasakan itu sama dengan memberi energi negativ dalam baterai kehidupan kita. Tetapi sangat menjadi berbeda jika kita menerima kejadiaan tersebut sebagai sesuatu yang harus terjadi, kita nikmati kejadian yang tidak kita harapkan tersebut dengan mengucapkan terimakasih kepada Tuhan dan berpikir positif, semisal Terimakasih Tuhan, Engkau berhentikan aku disini, mungkin Engkau punya maksud untuk menyelamatkan aku dengan memberhentikan aku disini. Kuliah telat ya what ever will be will be. Maka kejadian ban bocor menjadi indah, karena kita mengisi baterai kehidupan kita dengan pikiran positif.
Dalam bukunya Misteri Jiwa dan Ruh Agus Mustofa menguraikan bagaimana cara kerja otak kita sehingga mendukung Law of Attraction. Otak mengendalikan selutuh aktivitas pikran kita melalui 3 cara yaitu, sinyal-sinyal listrik lewat serabut-serabut syaraf, neurotransmiter, dan hormon yang dilepaskan ke dalam darah.
Sinyal listrik adalah cara tercepat yang dimiliki oleh mekanisme otak dan syaraf. Setiap memberikan perintah kepada organ atau bagian lain, otak selalu mengirimkan pesan-pesan lewat sinyal listrik. Seperti pulsa-pulsa telefon, atau seperti remote televisi, tapi lewat “kabel” syaraf.
Kecepatan pesan dari otak menuju organ-organ yang dikendalikan itu sangat tinggi, 120meter per detik. Jadi kalau kita memiliki tinggi 160cm, maka kecepatan pesan dari otak sampai ke ujung kaki hanya membutuhkan waktu 1/75 detik saja. Karen itu, kaki bisa langsung digerakkan seketika, saat otak berkehendak.
Selain lewat sinyal-sinyal listrik, otak memerintah organ-oragan dengan menggunakan neurotransmiter. Ini adalah zat kimiawi pembawa pesan. Neurotransmiter ini diproduksi oleh sel-sel di ujung-ujung syaraf otak seiring dengan sinyal-sinyal listrik yang melewatinya.
Neurotransmiter ini kemudian dilepaskan menuju sel-sel sebelahnya,, diterima oleh zat lain yang disebut reseptor (penerima). Jika reseptornya cocok dengan neurotransmiter, maka proses mengalirnya pesan itu akan berlanjut sampai ke organ yang dituju.
Yang ketiga adalah hormon. Jika sinyal listrik dan neurotransmiter bekerja di sepanjang saraf, maka hormon dilepaskan lewat darah. Zat ini dilepaskan oleh kelenjar hipofise di otak bagian depan atas perintah hipothalamus. Pada orang marah atau cemas, maka otak akan mengeluarkan hormon cortisol yang merangsang saraf simpatis mengeluarkan adrenalin yang direspon tubuh dengan jantung berdebar, keringat dingin, gemetaran sampai ingin BAK.
Dengan cara kerja otak yang seperti itu dan apapun yang kita pikirkan hanyalah sebuah energi, maka menjadi teranglah bagaiman the law of attraction terjadi. Maka kita perlu membuat program berpikir positif.
Dalam buku The Ultimate Quesion Erni Julia Kok menegaskan cara-cara berpikir positiv sebagai berikut :
  1. Menyatakan dalam kalimat positiv
  2. Menyatakan dengan specifik
  3. Mengenali sumber daya dan hambatan
  4. Dapat dikendalikan
  5. Mempertimbangkan ekologi
  6. Segera bertindak
Ada pendapat lain yang mengajarkan cara berpikir yang baik yang akan menuntun pada pengambilan tindakan yang baik adalah dengan cara SMART, yaitu :
  1. Spesifik / jelas
  2. Measurable : dapat diukur
  3. Achievement : bisa dicapai
  4. Realistis : masuk akal
  5. Time : waktu
Contoh :
  1. a.      Nak kamu jangan nakal.
Kalimat diatas ditangkap oleh otak kita sebagai kata “nakal” karena otak kita seperti komputer, jika kita ketik kata “nakal” maka perilaku yang muncul adalah nakal. Kata “tidak” dan kata “jangan” sebaiknya dihindari karena sulit diterjemahkan oleh otak kita.
  1. b.      Aku langsing
Kata langsing masih sulit dicerna oleh otak, karena kriteria langsing tiap orang berbeda. Langsing bisa bermakna 55kg, 45kg atau 25kg. Jadi sebutkan ukuran langsing bagi anda yang masuk akal bagi pencapaian maksimal diri anda.
  1. c.       Aku juara kelas
Kalimat di atas juga masih sulit untuk diterjemahkan menjadi perilaku yang spesifik. Seharusnya bisa ditulis lebih konstruktif seperti “Aku menerima raport semester I tahun 2012 dan menjadi pemegang nilai terbaik di kelas dengan nilai rata-rata 8,8 tiap mata pelajaran”.
  1. Aku tidak senang kalau kalian ribut saja, bertengkar saja.
Kita sering sekali sulit mengutarakan maksud baik dengan bahasa yang baik. Kalimat diatas justru akan ditangkap menjadi sebuah perintah untuk selalu ribut dan bertengkar.
Coba kita bandingkan rasa energi dari kalimat berikut “ Saya lebih senang jika kalian rukun, akur, yang tua menyayangi yang muda, yang muda menghormati  yang tua”.
Berpikir positif harus melibatkan 2 belahan otak kanan dan otak kiri. Otak kiri yang lebih dominan terhadap fungsi analitis, matematis yang juga disebut alam sadar ternyata hanya memiliki kapasitas 20% saja. Otak kanan yang sifatnya meloncat-loncat, yang disebut juga alam bawah sadar, intuisi atau perasaan memiliki kapasitas 80%.
Berpikir positif maknanya bukan hanya beripikir secara sadar, tetapi perasaan juga harus positif. Saat pikiran sadar dan bawah sadar se-ide untuk memikirkan sesuatu maka energinya menjadi luar biasa.
Itulah kiranya jika kita membiasakan bersyukur dan berpikir yang konstruktif sesuai kaidah Neuro Linguistik Program, maka kondisi bahagia akan sangat mudah kita hadirkan dengan sengaja dalam kehidupan. Ketrampilan bersyukur harus dilatih dalam tulisan, karena efek tulisan lebih besar daripada hanya sekedar mendengar. Maka dalam tulisan ini tindakan yang akan dilakukan ke konseli adalah mengajari dia terampil bersyukur dalam sebuah jurnal/tulisan untuk memperoleh rasa bahagia.