Selasa, 16 April 2013

Tugas Bahasa Indonesia 2


1. PENDIDIKAN KARAKTER & MASYARAKAT MASA DEPAN
----------------------------------------------------------------------------

Definisi Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik (PP No, 19/2005, bagian penjelasan). Apanya yang didayakan? Potensi keberbakatan, minat dan kecerdasannya dengan tujuan untuk membangun karakter, membangun visi, membangun kompetensi, membangun kreativitas.
Karakter adalah budi pekerti plus.Plus apa? Spiritualita.
Yaitu kesadaran akan sesuatu makna  yang lebih tinggi (misalnya adanya keimanan)  sehingga performa tingkahlakunya serba terpandu oleh cahaya yang mencerahkannya. [Wayne Perry]
Karakter harus dibangun melalui pendidikan (baik formal, non-formal maupun informal) yang kaya dengan nilai-nilai kebajikan dan yang menjunjung tinggi kemartabatan hidup berdasarkan nilai-nilai kebijaka itu.

Butir-butir Budaya-Karakter-Bangsa

01
Religius
10
Semangat Kebangsaan
02
Jujur
11
Cinta Tanah Air
03
Toleransi
12
Menghargai Prestasi
04
Disiplin
13
Bersahabat/Komunikatif
05
Kerja Keras
14
Cinta Damai
06
Kreatif
15
Gemar Membaca
07
Mandiri
16
Peduli Sosial
08
Demokratis
17
Tanggung Jawab
09
Rasa Ingin Tahu



Pendidikan karakter adalah The only thing in the world not for sale is character(Antonin Scalia)
Pendidikan membangun kreativitas :
1.    Kemampuan memikirkan hal-hal baru.
2.  Kemampuan untuk melihat suatu masalah dari sudut pandang baru, mengembangkan gagasan baru untuk memecahkan  persoalan, kelenturan berpikir, kemampuan berpikir lateral,  termasuk dalam lingkup kreativitas.
3. Kemampuan melihat yang tidak terlihat dan memikirkan yang terpikirkan orang lain adalah dua ciri utama kreativitas
Pendidikan membangun kecakapan memimpin diri sendiri
1.  Memimpin diri sendiri dengan visi atau cita-cita hidup yang jelas.
2.  Memimpin diri sendiri  dengan memegang nilai-nilai  atau prinsip-prinsip hidup yang jelas .
3.  Memimpin diri sendiri agar tidak terjebak dalam sikap ‘tujuan menghalalkan cara’
4.Memimpin diri sendiri agar tidak tersesat dalam belantara dan ‘huru-hara’ globalisasi.


Pendidikan membangun kecakapan untuk tumbuh dan berkembang bersama orang lain dalam kebhinekaan
1. Memandang kebhinekaan sebagai hal yang kodrati, dan memanfaatkannya untuk menciptakan keunggulan.
2. Berkembang dengan mentalitas berkelimpahan (abundance mentality).
3. Berkembang dengan memahami pentingnya hidup berbagi semakin  berbagi akan semakin berkelimpahanlah orang itu.
4. Agar keberhasilan kita tidak menjadi sumber penderitaan bagi orang lain.


Pendidikan membangun kecakapan menanggapi perubahan
1.  Kecakapan memilih apa yang dipelajari, dan ‘belajar bagaimana belajar’ (learn how to learn).
2. Bersikap proaktif, bisa memilih tingkah laku yang paling pantas dalam mencapai cita-citanya.
3. Terbuka terhadap kemungkinan baru, terbuka terhadap pengetahuan baru.


Pendidikan membangun kecakapan untuk menciptakan nilai atau manfaat
1.     Memahami kebutuhan masyarakat.
2. Peka melihat peluang untuk melakukan kebaikan-kebaikan bagi kepentingan kemajuan kemanusiaan.
3.  Mencari peluang dan melakukan usaha-usaha untuk dapat berkontribusi pada pemberdayaan masyarakat.
4.     Mengembangkan tata-nilai dan tata-laku normatif bagi pemeradaban masyarakat yang majemuk.


Pendidikan membangun karakter
  • Karakter: Sifat khas, kualitas dan kekuatan moral pada seseorang atau kelompok.
  • Karakter mencakup:  integritas, kepercayaan-diri, kedewasaan, mentalitas-berkelimpahan (abundance mentality), kegigihan, dan semangat memperbarui diri, dan semangat untuk mencapai yang terbaik.


Masyarakat masa depan

Ciri-ciri masyarakat masa depan:
1. Kualitas seseorang tidak ditentukan oleh apa yang Anda punya, tapi lebih ditentukan oleh ‘siapa anda’.
2. Kesejahteraan dan kebahagiaan akan lebih banyak tergantung pada modal maya yang dimiliki(modal intelektual, modal sosial, modal etikal, modal personal, seperti:  iman, keteguhan, kekayaan rohaniah dan sebagainya).


Kecenderungan masa depan:
3. Masyarakat akan lebih terbuka menerima kebhinekaan sebagai hal yang kodrati dan memanfaatkannya  sebagai sumber keunggulan.
4. Masyarakat dituntut lebih terbuka untuk belajar dari mana saja, bisa menghargai hal-hal yang positif yang ada pada bangsa, masyarakat atau pun kelompok yang lain.


Masyarakat masa depan cenderung berkembang menjadi:
5. Masyarakat dengan ciri keseketikaan,yaitu semuanya bergerak dan berubah dengan cepat, semuanya menjadi makin sementara.
6.  Masyarakat penuh dengan kebaruanyang bersumber pada kreativitas dan daya inovasi manusia.
7. Masyarakat menjadi serba  berkompetisi dan berkooperasi secara global dengan standard internasional.


Di masa masa depan:
8. Masyarakat dituntut lebih dewasa dalam  memecahkan perbedaan perbedaan atau konflik dengan cara yang bermartabat, manusiawi dan tidak mencari kambing hitam (victim mentality)
9.    Masyarakat dituntut lebih menghargai kerja keras, menghargai prestasi,  tanpa mentalitas  ‘makan siang gratis’[shg kedudukan, posisi atau status di masyarakat lebih didasarkan pada prestasi].
10. Masyarakat dituntut bisa menemukan keselarasan antara  etika universal dengan kearifan lokal.




---------------------------------------------------------------------------
2.  KEUTAMAAN BELAJAR DAN BERILMU
---------------------------------------------------------------------------


A.   Pentingnya Berilmu
Dalam memposisikan kedudukan ilmu, ajaran agama menempatkannya sebagai hal yang penting dan utama. Hal ini dikarenakan ilmu merupakan ukuran bagi kualitas hidup manusia. Selain itu, pesatnya perkembangan ilmu menjadi aset pembangunan, serta berfungsi sebagai pilar kebudayaan.


Terkaitnya dengan tujuan hidup manusia, baik di dunia maupun akhirat, ilmu sangat berperan dalam mewujudkannya. Isyarat ini diberikan Nabi Muhammad SAW. dengan sabdanya,


"Barang siapa yang ingin mendapatkan kesuksesan hidup di dunia dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan, dan barang siapa yang ingin mendapatkan kebahagian akhiratnya dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan, dan barang siapa yang ingin mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan keduanya juga dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan."


Dari hadis di atas, jelas ajaran Islam menempatkan ilmu sebagai salah satu alat untuk mencapai kebahagaian di dunia, maupun di akhirat. Bahkan sejak awal kelahirannya, agama Islam telah menghargai ilmu dan akal. Secara tegas hal tersebut dinyatakan dalam Al-Qur'an dengan turunnya ayat pertama yang berisi perintah membaca. Perintah ini mengandung makna untuk mencari ilmu.Selain itu, Nabi mendorong umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hidupnya, selama ada kesempatan, meskipun dengan cara merantau ke negeri Cina. Dengan demikian, segala macam ilmu boleh dicari, dan dipelajari asalkan mendatangkan manfaat bagi dirinya, dan bagi orang lain.


Dengan ilmu yang dimilikinya, seseorang akan dihormati dan semakin bertambah tinggi derajatnya di hadapan Allah. Sahabat Ali ketika oleh 10 orang yang ingin mengujinya ditanya,”Manakah yang lebih utama: ilmu atau harta,” dengan tegas dan argumentative dia menjawab, jelas ilmu yang lebih utama karena dengan :
1.    Ilmu merupakan warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Fir’aun dan orang – orang serakah dan durhaka lainnya;
2.     Ilmu akan senatiasa menjaga pemiliknya, sedangkan harta harus selalu dijaga pemilkinya; Hartawan cenderung punya banyak musuh, sedangkan ilmuan biasanya punya banyak teman;
3.    Apabila digunakan, harta berkurang, sedangkan ilmu akan bertambah;
Pemilik harta cenderung memperoleh predikat yang jelek – jelek (pelit, angkuh, dan sebagainya), sedangkan pemilik ilmu cenderung memperoleh predikat yang baik – baik;
4.    Harta harus dijaga dari pencuri, sedangkan ilmu tidak;
5.    Orang yang memiliki harta akan banyak dihisab pada hari Kiamat, sedangkan orang yang memiliki ilmu akan memperoleh pertolongan karena ilmunya itu;
6.    Harta mengalami kerusakan, sedangkan ilmu sebaliknya;
7.    Harta membuat hati keras, sedangkan ilmu menyinari hati;
8.    Harta mengantarkan pemiliknya menganggap dirinya tuhan, sedangkan ilmu membuat pemiliknya merasa sebagai hamba.



B. Pentingnya Belajar Menuntut Ilmu

BELAJAR. Mendengar kata ini saja sebagian orang sudah merasa ”alergi”. Yang terbayang dibenak adalah setumpuk buku tebal yang membosankan. Banyak orang juga beranggapan bahwa mereka sudah lama lulus dari sekolah, jadi untuk apa belajar. Orang-orang tersebut berpikir demikian karena mereka tidak melihat ataupun belum menikmati manfaat dahsyat dari kegiatan ”belajar”. Dengan banyak ”belajar” kita menjadi orang yang memiliki banyak pengetahuan. Orang sekitar kita pun akan melihat dan merasakan ”aset” pengetahuan yang kita miliki, sehingga mereka akan datang kepada kita untuk mendapatkan ”solusi” yang mereka cari.


Belajar adalah proses untuk mengerti sesuatu. Belajar dan mengajar ilmu sama pentingnya. Keduanya tidak bisa dipisah-pisahkan. Orang yang merasa tidak mempunyai ilmu wajib menuntut ilmu. "Seseorang itu tidaklah akan dilahirkan dalam keadaan pandai. Jadi, ilmu pengetahuan itu pastilah harus diusahakan dengan belajar" (Muhammad Jamaluddin Alqasimi Addimasyqi, terjemahan. Moh. Abdai Rathamy, 1973:19). Jika dalam hidup dan kehidupan di dunia ini tidak ada ilmu, manusia kehilangan arah panutan dalam berprilaku sehingga dalam hidupnya benar - benar seperti bintang.


Dengan ilmu yang dimilikinya seseorang mampu menerjemahkan, memahami, dan meneliti, serta dapat mengetahui yang benar dan yang salah. Juga mampu membedakan barang yang halal, dan yang haram. Selain itu juga mampu memilah mana yang wajib dan mana yang sunat.

Pengalaman (terutama kegagalan, kesuksesan, kesalahan) adalah guru yang terbaik. Jadi, jangan pernah melewatkan kesuksesan yang kita raih, kegagalan yang kita alami, dan kesalahan yang kita lakukan tanpa memetik pengalaman dari hal-hal tersebut. Tetapi waktu kita untuk belajar dari pengalaman sangat terbatas. Kita tidak akan bisa memanfaatkan semua waktu yang kita dapatkan untuk mempelajari semua yang kita perlukan. Untuk itu, kita perlu belajar cerdas dan bijak. Yang bisa kita lakukan antara lain adalah belajar tidak hanya dari pengalaman kita sendiri, terutama adalah belajar dari pengalaman orang lain. Banyak cara yang bisa dilakukan, antara lain adalah membaca biografi orang-orang sukses.


Di dunia yang bergerak cepat, banyak perubahan terjadi. Untuk mengendalikan perubahan ini, kita perlu belajar. Tanpa belajar, kita tidak bisa mengejar perubahan tersebut. Dengan belajar pun, jika tidak dilakukan dengan kecepatan yang sesuai dengan kecepatan perubahan tersebut, belum tentu juga kita dapat bertahan. Jadi, belajar sudah merupakan suatu keharusan, tetapi yang lebih diperlukan adalah belajar untuk sukses, yaitu belajar dengan menerapkan strategi belajar efesien, efektif dan bijak. Selamat belajar!!!!!!